A.Pengertian
Bidan praktek swasta merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.

B. Perencanaan BPS Menggunakan Analisis SWOT
1.  Strenght (Kekuatan)
·        Telah lulus dari jenjang pendidikan formal maupun informal dalam rangka meningkatkan pengetahuan baik teknis maupun non teknis
·        Mempunyai kualitas yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
·        Memiliki kompetitif yang tinggi dan sehat
2. Weakness (Kelemahan)
·        Peralatan belum memadai
·        Jangkauan ke Rumah Sakit terlalu jauh, sehingga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan sangat sulit merujuknya
3. Opportunities (Peluang)
·        Mempunyai lokasi tersendiri yang telah di setujui pemerintah
·        Jauh dengan lokasi bentuk pelayanan yang sejenisnya
·        Masih sangat minim tenaga kesehatan
4. Threat (Hambatan)
·        Takut banyak saingan pada tahun-tahun berikutnya
·        Belum banyak penduduk, sehingga masih sedikit ibu hamil

Selain perencanaan analisis SWOT di atas, masih ada syarat yang harus dimiliki untuk membuka BPS, yaitu:
1. Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Mencantumkan izin praktek bidannya atau fotocopy izin prakteknya di ruang praktek, atau tempat yang mudah dilihat.
3. Menyediakan lebih dari 5 tempat tidur, harus memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang memiliki SIPB untuk membantu tugas pelayanannya.
4. Mempunyai peralatan minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan harus tersedia di tempat prakteknya.
5. Peralatan yang wajib dimiliki dalam menjalankan praktek bidan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan
6. Senantiasa mempertahankan dan meningkatkan keterampilan profesinya antara lain dengan:
a. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar informasi dengan sesama bidan
b. Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi
c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar tetap siap dan berfungsi dengan baik


1.      Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah indikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Stengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
 Tujuan utama perencanaan strategi adalah untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya.
Proses pengambilan keputusan strategi selau berkaitan dengan pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Faktor eksternal adalah faktor lingkungan luar perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Faktor eksternal ini dapat berdampak positif ataupun negatif bagi perusahaan, artinya ada yang memberikan peluang dan sebaliknya ada yang memberikan ancaman. Faktor internal adalah lingkungan yang berada dari dalam perusahan itu sendiri. Faktor inilah yang menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan perusahaan itu sendiri, baik yang sudah lampau, kini maupun yang akan datang.
2.      Tujuan, Manfaat dan Fungsi Analisis SWOT
a.       Tujuan Analisis SWOT
Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara memfokuskan perhatian pada kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan perusahaan. Maka perlunya identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekutan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan melalui telaah terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya perusahaan dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi perusahaan yang realistis dalam mewujudkan misi dan visinya.
Maka tujuan analisis SWOT pada perusahaan adalah untuk membenarkan  faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang telah dianalisis. Apabila terdapat kesalahan, agar perusahaan itu berjalan dengan baik maka perusahan itu harus mengolah untuk mempertahankan serta memanfaatkan peluang yang ada secara baik begitu juga pihak perusahaan harus mengetahui kelemahan yang dihadapi agar menjadi kekuatan serta mengatasi ancaman menjadi peluang.
b.      Manfaat Analisis SWOT
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam bisnis apa perusahaan beroprasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan manajemen dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Manfaat dari analisis SWOT adalah merupakan strategi bagi para stakeholder untuk menetapkan sarana-sarana saat ini atau kedepan terhadap kualitas internal maupun eksternal.
c.       Fungsi Analisis SWOT
Ketika suatu perusahan mengorbitkan suatu produk tentunya pasti telah mengalami proses penganalisaan terlebih dahulu oleh tim teknis corporate plan. Sebagian dari pekerjaan perencanaan strategi terfokus kepada apakah perusahaan mempunyai sumber daya dan kapabilitas memadai untuk menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan membantu perusahaan untuk tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-peluang baru. Sedangkan penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan yang ada akan memberikan bobot realisme pada rencana-rencana yang akan dibuat perusahaan.
Maka, fungsi dari analisis SWOT adalah untuk menganalisa mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi internal perusahaan, serta analisa mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi eksternal perusahaan.

A. KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
1.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kebidanan
Menurut Din ISO 8402 (1986) : Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna Mutu merujuk pada tingkat kesempurnaan dalam memberikan kepuasan pada pengguna layanan.
Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan
²Menurut JCAHO (1993) ditingkatkan kesehatan pasien mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan
Layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat
Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Djoko Wijono, 2000 : 35).

1.2 Persepsi Mutu Pelayanan Kebidanan
Setiap mereka yang terlibat dalam layanan kesehatan seperti pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah, pasti mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh terdapatnya perbedaan latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan.
• Bagi Pemakai Jasa Pelayanan Kesehatan/Masyarakat
Pasien/masyarakat (konsumen) melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluas penyakitnya.
• Bagi Pemberi Layanan Kesehatan
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi dalam melakukan setiap layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan tersebut. Komitmen dan motivasi pemberi layanan kesehatan bergantung pada kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara yang optimal. Profesi layanan kesehatan membutuhkan dan mengaharapkan adanya dukungan teknis, administratif, dan layanan pendukung lainnya yang efektif serta efisien dalam menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi.
• Bagi Penyandang Dana Pelayanan Kesehatan
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan dapat menjadi efisien.
• Bagi Pemilik Sarana Layanan Kesehatan
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan, tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan masyarakat.
• Bagi Administrator Layanan Kesehatan
Administrator dapat menyusun prioritas dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi layanan kesehatan.






Teh Susu
Teh Susu
Teh adalah minuman favorit seluruh negara. Teh juga dapat meningkatkan metabolisme tubuh, dapat mencegah penyakit jantung. Tetapi hal itu tidak berlaku jika teh dicampur dengan susu. Mengapa demikian?
Kandungan antioksidan, vitamin, dan komponen lain yang dikandung teh dapat meningkatkan sistem imun tubuh, juga dapat mencegah kanker. Selain itu bisa mencegah gigi berlubang, dan menjaga kadar gula darah, mencegah sakit jantung atau stroke.
Para peneliti mengatakan jika teh dicampur dengan susu, maka kandungan protein kasein yang terkandung dalam susu akan mengurangi fungsi kerja sistem imun dan kandungan antioksidan yang terkandung dalam teh.
Kerugian tersebut bukan saja pada susu hewan (susu sapi, atau susu kambing) tetapi juga pada susu kedelai.

di kutip dari kompas
Penanganan gangguan kesehatan pada seseorang yang dilakukan seorang klinisi atau dokter tidak semudah yang dibayangkan. Untuk menentukan tindakan medis, baik pemberian obat atau tindakan operasi, harus membutuhkan kecermatan dalam menegakkan diagnosis dan memastikan dengan kesesuaian indikasi tindakan medis yang harus dilakukan. 

Fenomena ini tampaknya bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di belahan dunia lainnya. Seringkali, terjadi intervensi berlebihan dan tidak sesuai indikasi tepat baik dalam pengobatan ataupun tindakan operasi pada pasien.  Hal ini bukan hanya dilakukan dokter, tetapi sering pula terjadi karena desakan pasien. 

Tidak disadari bahwa tindakan atau intervensi medis yang berlebihan dan tidak sesuai indikasi itu dapat berdampak merugikan bagi penderita mulai dari yang ringan sampai risiko mengancam jiwa. Intervensi medis berlebihan dan tidak sesuai indikasiyang paling sering adalah pemberian antibiotika, operasi amandel, rawat inap rumah sakit, operasi usus buntu dan operasi sectio caesaria. Intervensi medis berlebihan lainnya adalah pemberian obat dan vitamin berlebihan, operasi tidak sesuai indikasi atau tindakan operasi dalam keadaan kondisi penderita prognosisnya sangat buruk dan memang sudah ada tidak ada harapan untuk sembuh. 

Berikut ini adalah 5 intervensi medis berlebihan dalam dunia kesehatan indonesia : 

1. Pemberian antibiotika
Menurut penelitian US National Ambulatory Medical Care Survey pada tahun 1989, setiap tahun sekitar 84 persen setiap tahun setiap anak mendapatkan antibiotika. Hasil lainnya didapatkan 47,9 persen resep pada anak usia 0-4 tahun terdapat antibiotika. Angka tersebut menurut perhitungan banyak ahli sebenarnya sudah cukup mencemaskan. 

Dalam tahun yang sama, juga ditemukan resistensi kuman yang cukup tinggi karena pemakaian antibiotika berlebihan tersebut. Di Indonesia, belum ada data resmi tentang penggunaan antibiotika. Sehingga banyak pihak saat ini tidak khawatir dan sepertinya tidak bermasalah. Tetapi berdasarkan tingkat pendidikan atau pengetahuan masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari, tampaknya pemakaian antibiotika di Indonesia jauh banyak dan lebih mencemaskan. Indikasi yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotika pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. 

Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah bila batuk dan pilek yang berkelanjutan selama lebih 10 - 14 hari.yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari). Batuk malam dan pagi hari biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi dan tidak perlu antibiotika. Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 derajat celcius dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah. 

Indikasi lainnya adalah radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia 4 tahun hanya 15 persen yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Penyakit yang lain yang harus mendapatkan antibiotika adalah infeksi saluran kemih dan penyakit tifus. Sebagian besar kasus penyakit pada anak yang berobat jalan penyebabnya adalah virus. Dengan kata lain seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak besar atau mungkin hanya sekitar 10 - 15 persen penderita anak. Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk "self limiting disease" atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu 5 - 7 hari. 

Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek dan panas penyebabnya adalah virus. Rekomendasi dan kampanye penyuluhan ke orangtua dan dokter yang telah dilakukan oleh kerjasama CDC dan AAP (American Academy of Pediatrics) memberikan pengertian yang benar tentang penggunaan antibiotika. Pilek, panas dan batuk adalah gejala dari infeksi pernapasan atas yang disebabkan virus. Perubahan warna dahak dan ingus berubah menjadi kental kuning, berlendir dan kehijauan adalah merupakan perjalanan klinis Infeksi Saluran Napas Atas karena virus, bukan merupakan indikasi antibiotika. Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri 

2. Rawat inap rumah sakit 
Seringkali seorang anak demam tinggi atau anak dengan kejang tetapi keadaan umumnya masih baik langsung diadviskan rawat inap di rumah sakit. Mungkin saja, indikasi rawat inap di rumah sakit kasus tersebut sudah tepat. Tetapi sebaliknya, banyak kasus yang seharus yang tidak memerlukan rawat inap dipaksakan masuk rumah sakit. Kadangkala tindakan berlebihan ini bukan hanya dilakukan dokter, tetapi juga dilakukan orangtua. Karena kecemasan yang berlebihan anak sakit demam tinggi sedikit atau muntah beberapa kali sudah memaksa dokter untuk dilakukan rawat inap. 

Beberapa institusi sudah mengeluarkan rekomendasi indikasi kapan harus melakukan rawat inap bagi berbagai kasus penyakit. Tetapi batasan dan kriteria tersebut pada umumnya masih sangat luas dan menimbulkan berbagai interpretasi dan perdebatan. Dampak rawat inap yang tidak sesuai indikasi selain menghamburkan biaya yang besar juga berisiko mendapatkan infeksi nosokomial atau infeksi baru yang tertular di rumah sakit. Pada umumnya justru infeksi nosokomial lebih ganas kumannya daripada infeksi di luar rumah sakit. 

3. Operasi amandel tonsilektomi 
Operasi amandel atau tonsilektomi adalah tindakan yang paling sering dilakukan sepanjang asejarah operasi. Kontroversi tonsilektomi paling banyak dilaporkan dibandingkan operasi manapun. Tonsilektomi bila sesuai indikasi sangat perlu dan harus dilakukan. Tetapi, ternyata banyak kasus operasi amandel tidak sesuai indikasi. Seringkali orangtua bingung dalam menghadapi anak yang diadviskan untuk operasi amandel atau tonsilektomi. Bingung karena seringkali terjadi perbedaan pendapat antara beberapa dokter. 

Pendapat dokter tertentu mengadviskan untuk menunda operasi karena berbagai alasan medis seperti masih belum ada indikasi mutlak. Tetapi sebaliknya, pendapat dokter tertentu untuk segera melakukan operasi amandel segera karena berbagai alasan medis yang lain. 

Sebenarnya indkasi harus operasi menurut American Academy of Otolaringology Headneck Surgery (AAO) hanya 3 yaitu (1) Tonsil (amandel) yang besar hingga mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri telan yang berat, gangguan tidur atau sudah terjadi komplikasi penyakit-penyakit kardiopulmonal. (2) Abses peritonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan. Dan pembesaran tonsil yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan wajah atau mulut yang terdokumentasi oleh dokter gigi bedah mulut. 
(3) Tonsillitis yang dan mengakibatkan kejang demam. 
(4) Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan untuk menentukan gambaran patologis jaringan. 

Indikasi relatif artinya dioperasi lebih baik tidak diporasi tidak masalah. Indikasinya adalah (1) Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak menunjukkan respon sesuai harapan dengan pengobatan medikamentosa yang memadai. (2) Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada Tonsilitis kronis yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan. (3) Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman Streptokokus yang tidak menunjukkan repon positif terhadap pengobatan dengan antibiotika. (4) Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai berhubungan dengan keganasan (neoplastik). 

Alasan yang tidak benar yang dijadikan indikasi operasi seperti (1)Bila tidak operasi kecerdasan menurun. (2) Bila tidak dioperasi mengakibatkan sakit jantung dan sakit paru-paru. (3) Bila tidak di operasi maka oksigen ke otak berkurang anak jadi kurang konsentrasi dan kurang cerdas. (4) Atau indikasi operasi tidak benar lainnya karena gangguan pertumbuhan berat badan, kesullitan makan, gangguan bicara, gangguan tidur, bau mulut, enuresis (mengompol). 

4. Operasi usus buntu 

Penelitian di University of Washington menunjukkan, 16 persen operasi pemotongan usus buntu dilakukan pada pasien yang sebetulnya tidak membutuhkan. Radang usus buntu atau apendisitis memang berbahaya sehingga pada umumnya dokter tidak mau ambil risiko dan memilih secepatnya memotong bagian tubuh yang memang tidak jelas fungsinya tersebut. 

Radang usus buntu bisa dikenali dengan pemeriksaan penunjang berupa USG, atau CT scan dan jumlah sel darah putih yang melampaui 10.000/mcL. Keluhan nyeri perut yang hebat sering didiagnosis usus buntu, padahal nyeri perut juga bisa terjadi pada berbagai kasus. Kadang overdiagnosis usus buntu sering terjadi karena gejala yang terjadi hampir sama kualitas nyeri dan lokasinya dengan gangguan lainnya. Kesalahan diagnosis usus buntu sering terjadi pada penderita alergi atau asma yang sebelumnya mempunyai riwayat kolik saat bayi, sering rewel saat usia di bawah usia 3 bulan atau nyeri perut berulang. Nyeri perut akan timbul pada pasien tersebut apabila terkena infeksi virus yang menyerang tubuh. 

5. Operasi sectio 

Operasi Sectio Caesaria tanpa indikasi termasuk intervensi medis yang paling sering. Berdasarkan survei global WHO yang dilakukan di 9 negara Asia pada tahun 2007 dan 2008, mencangkup Kamboja, China, Nepal, Filipina, Srilangka, Thailand, dan Vietnam. China menunjukan angka sectio caesarea tertinggi yaitu 46,2 persen dan mempunyai tindakan operasi tanpa indikasi terbesar yaitu 11,7 persen sedangkan Vietnam dengan angka 1 persen. 

Penelitian yang pernah dilakukan di Jakarta pada tahun 2009 menunjukkan bahwa tindakan operasi tanpa indikasi pernah dilaporkan sebesar 13,9 persen. Dibanding persalinan vaginal spontan, maka persalinan operatif secara bermakna menyebabkan kematian maternal lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat mortalitas maupun morbiditas maternal pada perempuan yang menjalani sectio caesarea tanpa indikasi. 

Setiap tindakan operatif meningkatkan mortalitas maternal dan indeks morbiditas seperti transfusi darah, histerektomi (pengangkatan rahim), iligasi arteri iliaka interna, kematian, atau perawatan ICU jauh lebih besar dibanding persalinan spontan. Peningkatan ini terutama disebabkan tingginya perawatan ICU dan transfusi darah. Tidak ada kesalahan jika melakukan intervensi medik dengan adanya indikasi yang jelas, Tetapi jika masih menganggap bahwa operasi Caesar merupakan tindakan yang tidak berbahaya, maka masyarakat perlu disadarkan dengan bukti-bukti ini. 

Dampak dan pencegahan 
Kontroversi tentang intervensi berlebihan tindakan medis ini wajar terjadi dalam setiap keputusan dan tindakan dokter. Seringkali terjadi perbedaan pendapat karena setiap kasus berlatar belakang kondisi yang berbeda. Dalam melakukan tindakan medis, dokter harus selalu memakai indikasi medis dengan rujukan evidance base medicine (kejadian ilmiah berbasis bukti atau berdasar penelitian), kondisi pasien dan kepentingan pasien. 

Menjadi tidak wajar apabila dalam tindakan medis bukan demi kepentingan pasien tetapi demi kepentingan individu, kepentingan rumah sakit atau kepentingan tertentu lainnya. Selain itu, intervensi medis berlebihan ini juga dapat disebabkan permintaan pasien meski tanpa indikasi dokter tetap melakukannya. 

Seringkali kecemasan pasien yang berlebihan memaksa dokter untuk melakukan tindakan medis berlebihan bagi dirinya. Bila hal ini terjadi, sebaiknya dokter harus memberikan edukasi dampak buruk intervensi medis yang tidak sesuai indikasi. Bukannya malah meluluskan permintaan pasien padahal sudah mengetahui risiko dampakburuk yang bisa terjadi. 

Dampak buruk pada intervensi medis yang berlebihan dan tidak sesuai indikasi ini dapat mengakibatkan kerugian atau pemborosan biaya yang luar biasa banyak. Dampak buruk lainnya adalah mengakibatkan morbiditas atau gangguan kesehatan baru lainnya yang sangat mengangggu. Bahkan, dampak buruk lainnya dapat meningktkan risiko mortalitas atau ancaman jiwa. Pencegahan terbaik agar tak terjadi intervensi medis yang berlebihan dan tidak sesuai indikasi adalah melakukan indikasi yang tepat saat akan melakukan intervensi medis. Bila berisiko mengalami intervensi berlebihan dan tak sesuai indikasi, sebaiknya penderita melakukan second opinion atau pendapat kedua kepada dokter lainnya.

Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates